Selasa, 16 Oktober 2012

Batara Guru

Batara Guru.
Menurut mitologi Jawa,
Batara Guru merupakan
Dewa yang merajai kahyangan.
Ia merupakan perwujudan
dari dewa Siwa yang mengatur
wahyu, hadiah, dan berbagai
ilmu kepada para tokoh
wayang lainnya. Batara Guru
mempunyai sakti (istri) Dewi
Uma, dan mempunyai
beberapa anak. Betara Guru
merupakan satu-satunya
wayang kulit yang
digambarkan dalam posisi
menghadap ke depan, ke arah
manusia. Hal ini dapat dilihat
dari posisi kakinya. Hanya
saja karena berbentuk
wayang, maka ia menghadap
ke samping. Wahana (hewan
kendaraan) Batara Guru
adalah sang lembu Nandini.
Mitologi
Betara Guru (Manikmaya)
diciptakan dari cahaya yang
gemerlapan oleh Sang Hyang
Tunggal, bersamaan dengan
cahaya yang berwarna
kehitam-hitaman yang
merupakan asal jadinya
Ismaya ( Semar). Oleh Hyang
Tunggal, diputuskanlah bahwa
Manikmaya yang berkuasa di
Suryalaya, sedangkan Ismaya
turun ke bumi untuk
mengasuh para Pandawa.
Adapun saat Batara Guru
diciptakan, ia merasa paling
sempurna dan tiada cacatnya.
Hyang Tunggal mengetahui
perasaan Manikmaya, lalu
Hyang Tunggal bersabda bahwa
Manikmaya akan memiliki
cacad berupa lemah di kaki,
belang di leher, bercaling, dan
berlengan empat. Batara Guru
amat menyesal mendengar
perkataan Hyang Tunggal, dan
sabda beliau betul-betul
terjadi.
Suatu ketika Manikmaya
merasa sangat dahaga, dan ia
menemukan telaga. Saat
meminum air telaga itu—yang
tidak diketahuinya bahwa air
tersebut beracun—lantas
dimuntahkannya kembali,
maka ia mendapat cacad
belang di leher.
Diperhatikannya kalau
manusia ketika lahir amatlah
lemah kakinya. Seketika,
kakinya terkena tulah, dan
menjadi lemahlah kaki kiri
Manikmaya. Saat ia
bertengkar dengan istrinya
Dewi Uma, dikutuknya
Manikmaya oleh Dewi Uma,
agar ia bercaling seperti
raksasa, maka bercalinglah
Manikmaya. Sewaktu
Manikmaya melihat manusia
yang sedang sembahyang yang
bajunya menutupi tubuhnya,
maka tertawalah Manikmaya
karena dikiranya orang itu
berlengan empat. Maka
seketika berlengan empatlah
Manikmaya. Hal ini adalah
salah satu upaya de-
Hinduisasi wayang dari budaya
Jawa yang dilakukan
Walisongo dalam upayanya
menggunakan wayang sebagai
sarana penyebaran Islam di
Jawa. Contoh lain adalah
penyebutan Drona menjadi
Durna (nista), adanya kisah
Yudistira harus menyebut
kalimat syahadat sebelum
masuk surga, dan lain-lain.
Keturunan
Berikut adalah urutan anak-
anak Batara Guru, dimulai
dari yang paling sulung
(menurut tradisi wayang
Jawa):
1. Batara Sambu
2. Batara Brahma
3. Batara Indra
4. Batara Bayu
5. Batara Wisnu
6. Batara Ganesha
7. Batara Kala
8. Hanoman

Sang Hyang Tunggal


Sang Hyang Tunggal adalah
suami dari Dewi Wiranti putri
dari Sang Hyang Rekatatama.
Serta ayah dari Batara Ismaya
( Semar), Batara Antaga
(Togog) dan Batara
Manikmaya ( Bathara Guru).
Pada episode Dewa Ruci, dia
muncul sebagai Dewa Ruci dan
bertemu Bima di dasar Laut
Selatan. Bentuk wayangnya
(dalam wayang kulit)
termasuk kecil, seukuran
wayang kulit tokoh-tokoh
perempuan. Tokoh ini jarang
dimainkan dalam
pertunjukkan wayang kulit,
karena episode yang
memunculkannya memang
sangat sedikit. Konon tidak
sembarang dalang berani
memainkan tokoh ini. Sang
Hyang Tunggal adalah anak
dari Sang Hyang Wenang.
Kisah mistis perjalanan batin
yang dialami oleh Bima
sehingga bertemu dengan Sang
Hyang Tunggal dalam Dewa
Ruci sangat baik untuk
diambil pelajarannya.

Senin, 15 Oktober 2012

Baby

https://m.google.com/app/plus/x/1nozpc72y4ydc/?fid=541029680512026387&v=album&partnerid=operamini1104&surl=?fid%3D541029680512026387%26v%3Dalbum%26partnerid%3Doperamini1104%26surl%3D%253Fv%253Dphotos_home%2526partnerid%253Doperamini1104%2526pagenum%253D2%2526force%253D1%2526group%253Db0%2526hideloc%253D1%26pagenum%3D4%26alid%3D5618565691880690193%26force%3D1%26group%3Db0%26hideloc%3D1%26sspath%3D%252Fapp%252Fplus%252Fx&alid=5618565691880690193&force=1&group=b0&hideloc=1&sspath=/app/plus/x&phid=5737940886114753522
Hadirnya dirimu merubah segalanya...;)

Sang Hyang Tunggal

http://2.bp.blogspot.com/_WJtdJT_-XyU/TT7stozpwKI/AAAAAAAAB80/3aCqlLQW_kE/s1600/Sang+Hyang+Wenang.jpg

Sang Hyang Wenang


Sanghyang Wenang adalah
nama seorang dewa senior
dalam tradisi pewayangan
Jawa. Ia dianggap sebagai
leluhur Batara Guru,
pemimpin Kahyangan
Suralaya. Ia sendiri bertempat
tinggal di Kahyangan Awang-
awang Kumitir.
Kisah kehidupan Sanghyang
Wenang yang diangkat dalam
pentas pewayangan antara
lain bersumber dari naskah
Serat Paramayoga yang
disusun oleh pujangga
Ranggawarsita.
Asal-usul
Serat Paramayoga merupakan
karya sastra berbahasa Jawa
yang isinya merupakan
perpaduan unsur Islam,
Hindu, dan Jawa asli. Tokoh
Sanghyang Wenang misalnya,
disebut sebagai leluhur dewa-
dewa Mahabharata sekaligus
keturunan dari Nabi Adam.
Sanghyang Wenang merupakan
putra Sanghyang Nurrasa,
putra Sanghyang Nurcahya,
putra Nabi Sis, putra Nabi
Adam. Ia memiliki seorang
kakak bernama Sanghyang
Darmajaka dan seorang adik
bernama Sanghyang
Pramanawisesa.
Setelah dewasa, Sanghyang
Wenang mewarisi takhta
Kahyangan Pulau Dewa dari
ayahnya. Kahyangan ini konon
sekarang terletak di negara
Maladewa, di sebelah barat
India.
Berselisih dengan Nabi
Sulaiman
Sanghyang Wenang dipuja
bagaikan Tuhan oleh para
penduduk Pulau Dewa yang
saat itu kebanyakan dari
bangsa jin. Hal ini didengar
oleh Nabi Sulaiman pemimpin
Bani Israil. Para pengikut Nabi
Sulaiman mendesak supaya
Sanghyang Wenang diberi
hukuman. Nabi Sulaiman pun
mengirim panglimanya yang
bernama Jin Sakar untuk
menyerang Pulau Dewa.
Jin Sakar tiba di tujuannya.
Namun justru dirinya yang
berhasil dikalahkan Sanghyang
Wenang. Jin Sakar dikirim
balik untuk mencuri rahasia
kesaktian Nabi Sulaiman,
yaitu Cincin Maklukatgaib
pemberian Tuhan. Setelah
berhasil mencuri cincin
tersebut, Jin Sakar kembali ke
Pulau Dewa, namun Cincin
Maklukatgaib jatuh tercebur
ke dasar laut.
Nabi Sulaiman jatuh sakit
setelah kehilangan cincinnya.
Berkat doanya yang tekun, ia
pun memperoleh kesembuhan.
Pulau Dewa tempat Sanghyang
Wenang dipasangi tumbal
sehingga meledak dan hancur
menjadi pulau-pulau kecil.
Sanghyang Wenang sendiri
bahkan sampai mengungsi ke
dasar laut.
Membangun Kahyangan
Tengguru
Beberapa tahun kemudian
setelah Nabi Sulaiman
meninggal, Sanghyang Wenang
pun muncul kembali dan
membangun kahyangan baru
di Gunung Tengguru. Setelah
memimpin sekian tahun
lamanya, Sanghyang Wenang
mewariskan takhta kahyangan
kepada putranya yang
bernama Sang Hyang Tunggal.
Setelah itu, ia sendiri juga
manunggal, bersatu ke dalam
diri putranya itu.
Meskipun Sanghyang Wenang
telah bersatu ke dalam diri
Sanghyang Tunggal, namun
para dalang dalam
pementasan wayang masih
tetap memunculkan tokoh
Sanghyang Wenang dalam
lakon-lakon tertentu. Hal ini
dimungkinkan karena setelah
bersatu dengan ayahnya,
Sanghyang Tunggal tetap
memakai nama ayahnya, yaitu
Sanghyang Wenang sebagai
salah satu nama
julukannya.dan sampai
sekarang pun sang hyang
wenag masih mengintai untuk
melindungi cucunya dan
tanah jawa dari per

Haryo Penangsang

Arya Penangsang atau Arya
Jipang atau Ji Pang Kang[1]
adalah Bupati Jipang
Panolan yang memerintah
pada pertengahan abad ke-16.
Ia melakukan pembunuhan
terhadap Sunan Prawoto,
penguasa terakhir Kerajaan
Demak tahun 1549, namun
dirinya sendiri kemudian
tewas ditumpas para pengikut
Hadiwijaya, penguasa Pajang.
Riwayat mengenai Arya
Penangsang tercantum dalam
beberapa serat dan babad
yang ditulis ulang pada
periode bahasa Jawa Baru
(abad ke-19), seperti Babad
Tanah Jawi dan Serat Kanda.
Arya Penangsang juga
terkenal sakti mandraguna.
Silsilah
Menurut Serat Kanda, Ayah
dari Arya Penangsang adalah
Raden Kikin atau sering
disebut sebagai Pangeran
Sekar, putra Raden Patah raja
Demak pertama. Ibu Raden
Kikin adalah putri bupati
Jipang sehingga ia bisa
mewarisi kedudukan
kakeknya. Selain itu Arya
Penangsang juga memiliki
saudara lain ibu bernama
Arya Mataram.
Pada tahun 1521 anak
pertama Raden Patah yang
bernama Adipati Kudus (orang
Portugis menyebutnya Pate
Unus, dikenal juga sebagai
Pangeran Sabrang Lor karena
melakukan penyerangan ke
Malaka yang dikuasai
Portugis) gugur dalam perang.
Kedua adiknya, yaitu Raden
Kikin dan Raden Trenggana,
malah berebut takhta. Raden
Mukmin atau yang disebut
juga sebagai Sunan Prawoto
(putra pertama Raden
Trenggana) membunuh Raden
Kikin sepulang salat Jumat di
tepi sungai dengan
menggunakan keris Kyai Setan
Kober yang dicurinya dari
Sunan Kudus. Sejak itu, Raden
Kikin terkenal dengan
sebutan Pangeran Sekar
Seda ing Lepen ("Bunga yang
gugur di sungai").
Sepeninggal ayahnya, Arya
Penangsang menggantikan
sebagai bupati Jipang Panolan.
Saat itu usianya masih anak-
anak, sehingga
pemerintahannya diwakili
Patih Matahun. Ia dibantu
oleh salah satu senapati
Kadipaten Jipang yang
terkenal bernama Tohpati.
Wilayah Jipang Panolan
sendiri terletak di sekitar
daerah Cepu, Blora, Jawa
Tengah.

Arya Penangsang atau Arya Jipang atau Ji Pang Kang[1] adalah Bupati Jipang Panolan yang memerintah pada pertengahan abad ke-16. Ia melakukan pembunuhan terhadap Sunan Prawoto, penguasa terakhir Kerajaan Demak tahun 1549, namun dirinya sendiri kemudian tewas ditumpas para pengikut Hadiwijaya, penguasa Pajang. Riwayat mengenai Arya Penangsang tercantum dalam beberapa serat dan babad yang ditulis ulang pada periode bahasa Jawa Baru (abad ke-19), seperti Babad Tanah Jawi dan Serat Kanda. Arya Penangsang juga terkenal sakti mandraguna. Silsilah Menurut Serat Kanda, Ayah dari Arya Penangsang adalah Raden Kikin atau sering disebut sebagai Pangeran Sekar, putra Raden Patah raja Demak pertama. Ibu Raden Kikin adalah putri bupati Jipang sehingga ia bisa mewarisi kedudukan kakeknya. Selain itu Arya Penangsang juga memiliki saudara lain ibu bernama Arya Mataram. Pada tahun 1521 anak pertama Raden Patah yang bernama Adipati Kudus (orang Portugis menyebutnya Pate Unus, dikenal juga sebagai Pangeran Sabrang Lor karena melakukan penyerangan ke Malaka yang dikuasai Portugis) gugur dalam perang. Kedua adiknya, yaitu Raden Kikin dan Raden Trenggana, malah berebut takhta. Raden Mukmin atau yang disebut juga sebagai Sunan Prawoto (putra pertama Raden Trenggana) membunuh Raden Kikin sepulang salat Jumat di tepi sungai dengan menggunakan keris Kyai Setan Kober yang dicurinya dari Sunan Kudus. Sejak itu, Raden Kikin terkenal dengan sebutan Pangeran Sekar Seda ing Lepen ("Bunga yang gugur di sungai"). Sepeninggal ayahnya, Arya Penangsang menggantikan sebagai bupati Jipang Panolan. Saat itu usianya masih anak- anak, sehingga pemerintahannya diwakili Patih Matahun. Ia dibantu oleh salah satu senapati Kadipaten Jipang yang terkenal bernama Tohpati. Wilayah Jipang Panolan sendiri terletak di sekitar daerah Cepu, Blora, Jawa Tengah.

sedekah bumi pada maw menghadirkan pagelaran wayang kulit .
bakalan begadang terus tiap malam nich....;)